BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 14 Desember 2009

TULISAN 2 - KELOMPOK

Kartika Purnama Sari
10606035 / 4SA01


Perempuan bukan MAKHLUK TECHNO
masa sih ?
Kartika Purnama Sari (10606035)
Tri Fitria( 10606082)

Teknologi sering dianggap sebagai dunia laki-laki padahal dengan berkembangnya era globalisasi, rasanya setiap orang harus mempelajari dunai yang satu ini tanpa memandang jenis kelamin. Salah satu yang patut ditanyakan adalah anggapan bahwa tangan perempuan jarang menyentuh teknologi. Apa betul begitu ? Apakah ini sudah membudaya dikalangan perempuan ?

Teknologi berasal dari istilah tecno yang berarti seni(art) atau keterampilan. Menurut Dictionary of Science, teknologi adalah penerepan pengetahuan teoritis pada masalah – masalah praktis. Untuk membatasi pengertian teknologi yang luas, maka pengertian teknologi dapat dikelompokan sebagai berikut :

A. Teknologi sebagai barang buatan
Tidak ada manusia yang sempurna, semua pasti memiliki kelemahan. Kelemahan yang ada pada diri manusia itu kemudian diminimalisir dengan adanya teknologi agar kelemahan yang dimiliki manusiapun menjadi sedikit berkurang. Tetapi barang-barang buatan tidak hanya terbatas kepada kelemahan manusia saja tetapi sesuatu yang tadinya belum terpikirkan,
B. Teknologi sebagai kegiatan manusia
kegiatan manusia tidak lepas dari kegiatan membuat dan menggunakan. Kegiatan manusia itu merupakan bentuk dari teknologi itu sendiri.
C. Teknologi sebagai kumpulan pengetahuan.
Kegiatan membuat dan menggunakan pasti tidak akan lepas dari ilmu membuat(produk) dan ilmu menggunakan (konsumsi). Ilmu tersebut merupakan kumpulan dari pengetahuan yang didapat manusia dari berbagai sumber.
D. Teknologi sebagai kebulatan system.
Pembahasan yang bulat dan menyeluruh akan tercapai kalau teknologi ditinjau sebagai suatu system. Ini berarti teknologi dibahas sebagai suatu kebulatan unsu-unsur yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam lingkungan itu sendiri.

Mungkin semua berawal pada adanya dikotomi antara dunia perempuan dan dunia laki-laki. Yang jelas, teknologi bukanlah dilihat sebagai dominasi perempuan. Misalnya saja saat mobil mogok dijalan. Jika hal tersebuat dihadapi seorang laki-laki, segala sesuatunya mudah. Bongkar peralatan, cari dongkrak, angkat mobil, ganti ban dan selesai!. Tapi bagaimana jika perempuan menghadapi masalah yang sama paling-paling panik atau menelepon seseorang yang bisa diandalkan. Siapa lagi kalau bukan suami atau pacar, kalau tidak mau mobilnya di derek! Terdengar sinis ? ini sekedar mengungkap pandangan yang dulu sering mucul. Namun semuanya sudah berubah, apa sih yang bisa dikerjakan laki-laki tetapi tidak bisa dikerjakan perempuan?

Untuk urusan perempuan yang gaptek gagap teknologi – begitu istilah ini biasa disebut sepertinya akan banyak permpuan yang protes jika hingga sekarang lebel tersebut masih saja digunakan. Kalaupun dibilang tidak gaptek, ya tidak juga. Kenyataan memang membuktikan kalau perempuan. Masih ada yang gaptek, tetapi tergantung pada kondisinya.

Dalam tingkatan penyadaran, rasanya sudah banyak perempuan yang sadar dengan kebutuhan teknologi dalam hidup mereka. Hanya mungkin yang kurang adalah fasilitas dan usaha yang lebih keras jangan menyalahkan sifat dasar. Sifat dasar pun terbentuk dari apa yang masuk ke kepala sejak kecil atau indoktrinisasi. Jika sedari kecil seorang anak, baik perempuan maupun laki-laki sudah ditanamkan bahwa dirinya tidak mampu mengerjakan apa- apa, maka itulah yang akan terus terjadi hingga ia dewasa. Berbeda dengan ddengan seorang anak yang sudah dilatih rasa keingintahuaannya dan bagaimana memenuhi perasaan tesebut.

Malas mengutak- atik atau takut salah? Tidak juga.
Katanya peermpuan itu takut dan berorintasi pada detail. Teknologi itu berifat sophisticated justru kesamaan sifat itu yang membuat sudah banyak ahli komputer perempuan.

Penulis bertanya kepada sejumlah laki-laki dan dari omong-omong singkat, tersebutlah bahwa sekarang ini laki-laki tidak lagi melihat perempuan punya kecerendungan gaptek. Ada yang aneh? Tidak juga. Jawaban mereka sangat wajar dan masuk akal. Kegaptekan seseorang tidak tergantung pada jenis kelamin-nya,

Didit, 22, Mahasiswa
Sekarang sudah tidak bisa lagi dikatakan perempuan itu gaptek. Liat saja beberapa fakultas ilmu komputer.di Jakarta. Banyak perempuan kita yang berapresiasi. Apalagi di dunia animasi yang berhubungan dengan teknologi digital. Memang tidak sebanding dengan perkembangan industri teknologi di luar negeri. perempuan Indonesia belum terlalu jamak hingga bisa mendominasi dunia tersebut. Permasalahanya, terkadang perempuan malas mecoba, takut salah dan tidak suka bila tangannya sedikit berkotor-kotor. Beda dengan laki-laki walau tidak tahu mana yang banar dan yang salah, tapi masih mau mengotak- atik sendiri. Bukannya merendahkkan kemampuan perempuan, tetapi hal seperti itu menghambat. Jangan salah, masih banyak perempuan yang berpikiran seperti itu.

Dimas, 22, Mahasiswa
Kegaptekkan perempuan agaknya tergantung pada latar belakang pendidikan, kondisi tempat kerja, dan bagaimana ia bergaul. Sama halnya dengan laki-laki. Logikanya, semakin tinggi tingkat pendidikan, tempat kerja yang lengket dengan teknologi, dan teman yang bergaul dengan cerdas akan mendukung perkembangan pengetahuan yang perempuan mliki. Tapi itu bila kondisi terpenuhi. Ada beberapa sisi dari dalam perempuan itu sendiri yang bisa membuat ia gaptek, yaitu kurang kreatif dan cuek. Mungkin perempuan akhirnya lebih banyak terima jadi atau menjadi user saja.


DAFTAR PUSTAKA


Nurulita, Sari. 2002. “ Siapkah kita brkompetisi di dunia global”. Jakarta – Indonesia.
http://terusbelajar.wordpress.com/2008/08/07/pengertian-teknologi/

0 komentar: